Kemuning Muda berasal dari nama Muning.
Muning merupakan seorang perempuan yang berasal dari daerah Muara Tutuhan,
Provinsi Jambi. Muning melarikan diri dari raja kejam yang di kenal dengan Raja
Aniaya. Raja tersebut sangat keji dan seringkali menyiksa rakyatnya. Konon
ceritanya, pengantin perempuan yang baru melaksanakan pernikahan harus tidur
terlebih dahulu dengan raja tersebut. Karena keadaan itu lah Muning
memutuskan untuk melarikan diri dengan alasan hendak mencari tanah untuk
berladang saat raja tersebut sedang sakit. Dengan berjalan kaki dan bekal
seadanya sampailah akhirnya Muning di tepian semenanjung sungai yang bernama
Tanjung Rambung. Sungai yang saat ini bernama Sungai Retih itu berasal dari
kata “letih”, dimana pada saat itu Muning kelelahan dan kehabisan bekal dalam
perjalanan menyusuri hiliran sungai itu, ditepian sungai itu lah akhirnya
Muning bermukim dan berladang. Konon pada awal pemukimannya ia hanya
menggunakan biji buah kedondong yang di tumbuk lalu airnya dijadikan pengganti
santan untuk menggulai. Singkat cerita, akhirnya Muning menikah dengan seorang
laki-laki bernama Sirun yang berasal dari daerah pehuluan sungai tersebut. Dari
pernikahan itu mereka melahirkan sembilan orang anak, yang kemudian turun
temurun berkembang di Desa Kemuning Muda. Selang beberapa waktu, saudara
laki-laki Muning datang menyusul dan bermukim juga di seberang sungai tersebut,
daerah pemukiman seberang itu saat ini bernama Cempaka, daerah itulah asal
muasal dari Desa Kemuning Tua, dan berawal dari dua bersaudara ini lah
terbentuknya dua Desa. Muning yang muda membentuk desa Kemuning Muda, Muning
yang tua membentuk Desa Kemuning Tua.
Nasib malang menimpa Muning, raja aniaya dan
pasukannya menemukan tempat pelarian Muning, pencarian itu di bantu oleh seekor
burung Beo atau burung Tiung. Sebelumnya pada waktu Muning berniat meninggalkan
rumah burung Beo peliharaan Muning ini tidak ingin di tinggalkan, namun Muning
tetap meninggalkan burung itu dan mengurungnya di dalam tempayan yang berisi
beras. Pada saat pasukan raja mencari Muning di rumah tersebut burung Beo ini
lah yang menyahut dan menceritakan rencana Muning kepada pasukan raja, bahkan
jejak dan arah jalan Muning pun di tunjukan oleh burung Beo tersebut. Pasukan
raja aniaya akhirnya menangkap dan membawa Muning kembali ke kerajaan.
Pemerintahan pertama di Desa Kemuning Muda dimulai
Pada tahun 1910. Pada saat itu terbentuk lah “Rio” (sekarang Kepala Desa) yang
bernama Rustam (Ketam), inilah Kepala Desa Pertama di Desa Kemuning Muda. Lalu
pada tahun 1930 Rio Rustam diganti dengan Rio Mento yang merupakan Kepala Desa kedua di Desa
Kemuning Muda. Pada tahun 1950 istilah Rio diganti dengan Wali Negeri/Kepala
Negeri yang dijabat oleh Abdul Kadir. Dua tahun menjabat, Abdul Kadir
digantikan oleh Wali Negeri ke dua yang bernama Rahmansyah. Pada tahun 1993,
istilah Wali Negeri/Kepala Negeri diganti dengan Kepala Desa. Jabatan tersebut
dijabat oleh menantu laki-laki dari Rahmansyah yang bernama Razali. Pada Tahun
2003 Kepala Desa Kemuning Muda dijabat oleh M. Pauzi. Pada Tahun 2009 Kepala
Desa Kemuning Muda dijabat oleh Imistar. Pada akhir Tahun 2015 sampai 2021
Kepala Desa Kemuning Muda Dijabat oleh Ardi Mukhlis. Akhir tahun 2021 sampai
dengan sekarang Kepala Desa Kemuning Muda Dijabat oleh Nanang Airi.
Desa Kemuning Muda terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Melati, Dusun Rumbio, dan Dusun Liang Ajar. Ketiga dusun tersebut terbagi lagi menjadi 7 RW dan 15 RT. Dengan jumlah penduduk sebanyak ± 2.137 jiwa, diataranya laki-laki berjumlah sebanyak 1.090 jiwa dan perempuan sebanyak 1.047 jiwa. Penduduk Desa Kemuning Muda terdiri dari berbagai suku, diantaranya mayoritas suku Melayu, suku Jawa, suku Banjar, suku Minangkabau, suku Bugis dan suku Batak.